TULISAN 10
KISAH NABI :
Kisah Nabi Ayyub
‘alaihis salam
بسم الله الرحمن
الرحيم
Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang
nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَمِن ذُرِّيَتِهِ
دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) Yaitu
Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al An’aam: 84)
Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak dengan
bermacam jenisnya, seperti: hewan ternak, budak, dan tanah. Ia juga memiliki
istri yang saleh dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin
mengujinya, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka,
barangsiapa yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia mendapatkan
keridhaan-Nya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia
mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’
no. 2110).
Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian
tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua
ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang
sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota badannya kecuali terkena penyakit
selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap
pahala, serta berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.
Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu kecuali
penderitaan Ayyub semakin berat, dan saat penderitaan yang dialaminya semakin
berat, maka kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-kawannya, tinggallah
istrinya yang sabar mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus
mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai ia rela bekerja dengan upah
tidak seberapa untuk menafkahi suaminya.
Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap sabar sambil
mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur
kepada-Nya, sehingga jadilah Ayyub sebagai imam dan teladan dalam kesabaran.
Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ كَانَ فِي بَلَائِهِ ثَمَانِيَ
عَشْرَةَ سَنَةً، فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَانِ مِنْ إِخْوَانِهِ،
كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ إِلَيْهِ،
فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: تَعْلَمُ وَاللَّهِ لَقَدْ أَذْنَبَ أَيُّوبُ ذَنْبًا
مَا أَذَنَبَهُ أَحَدٌ. قَالَ صَاحِبُهُ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: مُنْذُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ
سَنَةً لَمْ يَرْحَمْهُ اللَّهُ فَيَكْشِفُ اللَّهُ عَنْهُ. فَلَمَّا رَاحَا إِلَيْهِ،
لَمْ يَصْبِرِ الرَّجُلُ حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، قَالَ أَيُّوبُ: مَا أَدْرِي مَا
تَقُولُ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أَمُرُّ عَلَى الرَّجُلَيْنِ
يَتَنَازَعَانِ فَيَذْكُرَانِ اللَّهَ، فَأَرْجِعُ إِلَى بَيْتِي فَأُكَفِّرُ عَنْهُمَا،
كَرَاهِيَةَ أَنْ يُذْكَرَ اللَّهُ إِلَّا فِي حَقٍّ. قَالَ: وَكَانَ يَخْرُجُ إِلَى
حَاجَتِهِ، فَإِذَا قَضَى حَاجَتَهُ أَمْسَكَتِ امْرَأَتُهُ بِيَدِهِ حَتَّى يَبْلُغَ،
فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَبْطَأَ عَلَيْهَا، وَأُوحِيَ إِلَى أَيُّوبَ فِي مَكَانِهِ
أَنِ {ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ} [ص: 42] فَاسْتَبْطَأَتْهُ
فَتَلَقَّتْهُ يَنْتَظِرُوا، وَأَقْبَلَ عَلَيْهَا قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ مَا بِهِ
مِنَ الْبَلَاءِ وَهُوَ عَلَى أَحْسَنِ مَا كَانَ، فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: أَيْ
بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ، هَلْ رَأَيْتَ نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا الْمُبْتَلَى؟ وَوَاللَّهِ
عَلَى ذَلِكَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ بِهِ مُذْ كَانَ صَحِيحًا مِنْكَ. قَالَ:
فَإِنِّي أَنَا هُوَ. وَكَانَ لَهُ أَنْدَرَانِ: أَنْدَرُ لِلْقَمْحِ وَأَنْدَرُ لِلشَّعِيرِ،
فَبَعَثَ اللَّهُ سَحَابَتَيْنِ، فَلَمَّا كَانَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى أَنْدَرِ الْقَمْحِ
فَرَّغَتْ فِيهِ الذَّهَبَ حَتَّى فَاضَ، وَأَفْرَغَتِ الْأُخْرَى عَلَى أَنْدَرِ الشَّعِيرِ
الْوَرِقَ حَتَّى فَاضَ» “.(قال الهيثمي: رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى وَالْبَزَّارُ، وَرِجَالُ
الْبَزَّارِ رِجَالُ الصَّحِيحِ).
“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan selama
delapan belas tahun, sehingga orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua
orang saudara akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.
Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu,
demi Allah, dia telah melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang
pun.” Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Sudah delapan belas tahun
Allah tidak merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”
Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya
tidak sabar sehingga menyampaikan masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku
tidak tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah
melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama
Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kaffarat untuk keduanya
karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah untuk yang tidak
hak.”
Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak buang
hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat, maka istrinya menuntunnya sampai
ke tempat buang hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat dari istrinya, dan
diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya, “Hantamkanlah kakimu, inilah air
yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)
Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai Ayyub sambil
memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah
menghilangkan penyakitnya, dan Nabi Ayyub dalam keadaan lebih tampan daripada
sebelumnya. Saat istrinya melihat, istrinya langsung berkata, “Semoga Allah
memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang diuji ini? Demi
Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada
kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”
Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu untuk gandum
dan yang satu lagi untuk jewawut, lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah
satu dari awan itu berada di atas tumpukan gandum, awan itu menumpahkan emas
sehingga melimpah ruah, sedangkan awan yang satu lagi menumpahkan perak ke
tumpukan jewawut sehingga melimpah ruah.” (Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan
oleh Abu Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah para perawi hadis
shahih.” Hadis ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah,
1:25)
Nabi Ayyub Sembuh dari Sakit
Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas tahun
seperti yang diterangkan dalam hadis di atas, maka Ayyub memohon kepada
Tuhannya agar menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,
وَأَيُّوبَ إِذْ
نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al
Anbiyaa’: 83)
Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menghentakkan
kakinya ke tanah, lalu Ayyub melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang
sejuk, kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh dengan izin Allah ‘Azza
wa Jalla. Tidak ada satu pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali sembuh
seluruhnya, ia juga meminum air itu, sehingga tidak ada satu penyakit yang ada
dalam tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat seperti sebelumnya
sebagai orang yang rupawan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan penyakit yang
menimpa Ayyub dan jasadnya kembali sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi
kepadanya, mengembalikan harta dan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَءَاتَيْنَاهُ
أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami
lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiyaa’: 84)
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Ayyub
sebagai teladan dalam kesabaran yang patut ditiru.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Kisah
Nabi Musa as:
Lahir Hingga Wafat. Nabi Musa adalah anak laki-laki Imran bi
Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub. Dan bersaudara dengan Nabi Harun as dan
Qorun bin Yashar bin Qahits adalah pamannya. Ibunya adalah Yukabad. Harun lebih
tua darinya beberapa tahun.
Kelahiran Nabi Musa
Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman raja Firaun IV
(Ramses III) menguasai negeri Mesir. Pada masa kelahirannya telah dikeluarkan
perintah raja untuk membunuh seluruh bayi laki-laki Bani Israil yang baru
dilahirkan. Perintah tersebut dipicu oleh mimpi raja yang melihat bahwa api
telah tertuju ke Baitul Maqdis sehingga menerangi seluruh Mesir. Para ahli
nujum raja meramalkan mimpinya bahwa kerajaan Mesir akan dirobohkan, rajanya
akan dibinasakan dan mencampurkannya dengan kekuasaan mereka, dan mengusir
dirinya dari negeri mereka dan mengganti agama yang mereka yakini oleh
laki-laki dari Bani Israil yang dilahirkan saat itu.
Maka dibunuhlah semua bayi laki-laki yang lahir saat itu,
tidak ada satupun yang ditinggal hidup kecuali didatangi para prajuritnya untuk
kemudian dibunuh dengan kejamnya. Budak-budak yang melahirkan pun digugurkan.
Firaun IV inilah raja yang paling kejam kepada Bani Israil. Firaun menjadikan
mereka sebagai budak dan menyiksa mereka. Bagi mereka yang tidak bekerja harus
membayar upeti kepada raja.
Pada suatu waktu lahirlah seorang bayi laki-laki yaitu Nabi
Musa as, dan Tuhan telah mengilhamkan kepada ibunya agar ia melarungkan anak
tersebut dengan tabut ke sungai Nil.
nabi musa dalam tabuk
Kemudian Nabi Musa dimasukkan dalam tabut dan dilarungkan ke
sungai Nil. Sesaat air mengambangkannya ke atas dan sesaat lagi menurunkannya
ke tempat yang landai. Sampai akhirnya tabut itu terdampar di pohon-pohon, di
taman kediaman Firaun. Dengan qudrat Allah tabut itu ditemukan oleh isteri
Firaun Asiyah. Waktu itu ia sedang mandi di tepi sungai Nil.
Asiyah segera menggendong bayi tersebut ke istananya. Pada
saat Firaun melihat bayi tersebut laki-laki ia segera mencabut pedangnya untuk
membunuh bayi itu.
"Apa yang akan tuanku lakukan" tanya Asiyah.
"Dia akan kubunuh? Aku khawatir anak inilah yang akan
menghancurkan kerajaanku" jawabnya.
"Tuanku ia adalah bayi yang tak berdaya, mengapa engkau
takut kepadanya? Apalagi yang mengasuhnya adalah kita", "Aku akan
mengangkatnya sebagai anakku". Asiyah terus merayunya untuk tidak membunuh
anak tersebut.
Nabi Musa Anak Angkat Firaun
Musa pun menjadi anak angkat Firaun, dan dipelihara oleh
Asiyah dengan kasih sayangnya. Bayi itu diberi nama Musa, karena dalam bahasa
Mesir, "Mu" berarti pohon dan "Sya" berarti sungai. Artinya
anak yang ditemukan di pohon sungai. Bayi itu terus saja menangis tidak
henti-hentinya, iapun segera menyusuinya, tetapi tetap saja bayi itu menangis
dan menangis. Setiap dayang-dayang diminta untuk menyusui bayi tersebut agar
anak itu tenang berada di istana. Tiap kali orang diganti, tidak ada satupun
yang cocok dengan bayi itu.
Sampai akhirnya Yukabad, sang ibu Musa mendengar akan
keluh-kesah istri Firaun. Kepada Haman, kepala rumah tangga istana ia
menyampaikan keinginan tersebut. Didatanganilah istana Firaun dengan hati
khawatir dan was-was. Namun kasih sayangnnya telah mengalahkan ketakutannya
itu.
Dimintanya bayi tersebut untuk disusuinya, dan tenanglah
bayi itu bersama ibunya. Nabi Musa pun dapat selalu bertemu dengan ibunya
sendiri meskipun ia berada di istana.
Musa semakin besar juga. Ia telah pandai berjalan. Umurnya
waktu kira-kira tiga tahun. Asiyah semakin sayang kepadanya. Begitupulan
Firaun. Pada suatu hari Firaun menggendong Musa, tiba-tiba Musa sa merebut
janggutnya, sehingga ia berteriak kesakitan.
"Wahai isteriku! Barangkali inilah anak yang akan
menjatuhkan aku dari kerajaanku!" Musa diletakkannya. Ia segera mengambil
pedang hendak membunuhnya.
Isterinya tahu dan berkata: "Sabarlah tuanku! Masakan
anak sekecil ini tahu apa-apa! Dia kan belum berakal!"
"Belum berakal katamu. tetapi janggutku direnggutnya,
rasakan pecah kepalaku karena sakit".
Kebetulan di tempat itu ada bara api, dibiarkan Musa
berjalan ke dekat bara api itu. Setelah dekat, bara itu diambilnya dan langsung
dimasukkannya ke mulutnya. Musa menjerit karena panas dan lidahnya terbakar.
"Coba lihat dan perhatikanlah tuanku, kalau dia telah
berakal, pasti bara itu tidak dimakannya" Kata Asiyah sambil memeluk Musa.
Musa masih menangis karena menggigit bara yang panas, sampai bila ia telah
dewasa mengganggu lidah Nabi Musa untuk berbicara.
Sebagai putera kesayangan Firaun dimana-dimana Musa
dihormati orang. Ia dibolehkan pergi kemana-mana sampai di luar manapun.
Setelah Musa besar dan dewasa, fikirannya cerdas maka Allah menganugerahkan
kepadanya pangkat kenabian.
Tak Sengaja Membunuh
Pada suatu hari, antara manghrib dan Isya, Musa
berjalan-jalan di kota Memphis, dan penduduknya tidak mengenal Musa, lalu ia
bertemu dengan dua orang yang sedang berkelahi, salah seorang di antaranya
ialah orang Bani Israil, sedangkan yang lainnya lagi ialah bangsa Qibti kaumnya
Firaun.
Musa berusaha mendamaikan antara keduanya, tetapi orang
Qibti (Mesir) tidak mau berdamai, lalu Musa bermaksud membela orang Israel itu
dan memukulnya sekali saja, dan seketika orang itu terus mati. Musa sangat
menyesali peristiwa itu, ia menyadari itu perbuatan syetan, lalu ia berdoa
kepada Allah: "Oh Tuhanku sesungguhnya aku telah berlaku aniaya terhadap
diriku sendiri, karena itu ampunilah dosaku, maka Allah mengampuni dosanya.
Sesungguhnya Tuhan Maha pengampun lagi Penyayang". Musa berkata: "Ya
Tuhanku! Demi nikmat yang telah engkau berikan kepadaku, sekali-kali aku tidak
akan menjadi penolong bagi orang-orang yang dzalim".
Setelah kejadian itu, orang yang pernah ia tolong kemarin
berteriak minta tolong lagi padanya. Musa berkata padanya: "Sesungguhnya
kamu benar-benar orang sesat yang nyata". Maka tatkalah Musa hendak
memegang dengan keras yang menjadi musuh keduanya, mesuhnya berkata: "Hai
Musa! Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-wenang di negeri ini. Dan tiadalah kamu hendak menjadi salah
seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian".
Orang Mesir itu kemudian melaporkan Musa kepada Firaun.
Kemudian datanglah dengan sekonyong-konyong seorang laki-laki kepada Musa
dengan memberitakan: "Hai Musa! Sesungguhnya pembesar negeri telah
berunding untuk membunuh kami, karena mereka mengetahui rahasiamu (membunuh
orang Mesir) maka keluarlah dari negeri ini. Sesungguhnya aku hanya memberi
peringatan saja"
Nabi Musa Hidup di Pengasingan
Lalu keluarlah Nabi Musa dari sana dengan penuh kekhawatiran
kalau-kalau ada yang mengetahuinya, ia meninggalkan negeri Mesir mengikuti
langkah kakinya, ia belum tahu daerah yang dapat dijadikan perlindungan, maka
larilah ia menuruti langkah kakinya saja tak tentu arahnya. Diwaktu beliau
berlari meninggalkan Mesir, sering menoleh ke belakang, karena merasa ada orang
yang membuntutinya. Maka larilah Musa dari kota itu (dari negeri Mesir) dengan
ketakutan, serta memperhatikan orang yang akan menangkapnya lalu ia berkata:
"Ya Tuhanku! Lepaskanlah aku dari siksaan kaum yang aniaya"
Dan pada sore harinya beliau berhenti di bawah pohon kayu di
daerah Madyan. Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia berdoa:
"Mudah-mudahan Tuhanku menunjuki aku kepada jalan yang benar".
Sewaktu nabi Musa berhenti di bawah pohon kayu, beliau
melihat serombongan orang akan meminumkan ternak kambingnya, karena disana
terdapat mata air. Untuk mendapatkan air mereka saling berebut-rebutan, dan di
antara mereka terdapatlah dua anak gadis yang sedang menunggu sampai selesainya
orang laki-laki yang berjejal itu.
Nabi Musa menolong dua gadis bersaudara itu untuk meminumkan
kambingnya, dan setelah selesai beliaupun duduk di tempat semula, Lalu kembali
ia berdoa: "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Kebaikan yang dimaksudkan Nabi
Musa diriwayatkan sebagaian ahli tafsir sebagai "barang sedikit
makanan".
Kemudian salah seorang dari kedua perempuan itu datang
kepada Musa, berjalan perlahan-lahan dengan perasaan malu, ia berkata:
"Bapakku mengundang tuan karena ia hendak membalas kebaikan tuan,
meminumkan kambing kami". Tatkala Musa tiba dihadapan ayah anak gadis itu
(Nabi Syuaib), lalu Musa menceritakan kisahnya dari awal sampai akhir ia
berjumpa Nabi Syuaib itu. Maka sahut Nabi Syuaib, "Janganlah engkau takut,
engkau telah selamat dari kaum yang dzalim itu".
Selesai pembicaraan Nabi Musa dengan ayah gadis itu,
berkatalah salah seorang anaknya "Wahai ayahku! ambillah Musa untuk
bekerja bersama kita (orang upahan) karena yang sebaik-baik orang upahan ialah
yang kuat lagi dapat dipercaya seperti dia".
Nabi Musa Menikah
Akhirnya Nabi Musa bekerja kepada Nabi Syuaib, ayah gadis
itu, sebagai pekerja yang setiap harinya mengembalakan kambing Nabi Syuaib.
Dalam masa mengembala, dipanggillah Nabi Musa oleh Nabi Syuaib. Ia berkata:
"Sesungguhnya aku hendak menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua
puteriku ini atas dasar bahwa engkau jadi buruhku selama delapan tahun, tetapi
jika engkau sempurnakan sepuluh tahun, maka (itu suatu kebaikan) dari kemauanmu
sendiri, dan aku tidak mau memberatkanmu. Engkau akan buktikan aku, Insya Allah
termasuk orang-orang yang baik".
Lalu jadilah Nabi Musa kawin dengan salah seorang puteri
Nabi Syuaib dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan
dilaksanakan oleh Nabi Musa as sendiri.
Maka tatkala Nabi Musa telah menyelesaikan waktu yang
ditentukan, atas izin mertuanya Nabi Musa berangkat dengan isterinya ke Mesir,
melalui jalan-jalan kecil, karena takut kalau ditangkap oleh mata-mata Firaun.
Dalam perjalannya Nabi Musa as melihat api dari jauh dan ia
bermaksud akan mengambil api itu untuk pedoman ia berlajan, tetapi setelah
sampai di tempat itu, bukan main herannya melihat api itu, karena api tersebut
melekat di sebuah pohon, tetapi pohon itu tidak terbakar.
api nabi musa
Musa mendekati apa itu dan setelah ia sampai terdengarlah
olehnya suara yang tak dapat diserupakan dengan apapun dari sebelah kanan pohon
Zaitun. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil:
"Hai Musa! Aku ini Allah, Tuhanmu! Maka tanggalkan
terompahmu! engkau berada di lembah suci Thuwa! Dan Aku telah memilih engkau
(jadi rasulku). Karena itu dengarlah baik-baik apa yang akan diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya Aku Allah tiada Tuhan (yang haq) melainkan aku. Karena
itu sembahlah Aku! Dan kerjakan sholat, agar engkau mengingatKu. Sesungguhnya
hari Kiamat pasti terjadi, Aku sembunyikan (tanda-tanda)nya. Agar tiap-tiap
diri kelak dinilai amal perbuatannya. Maka jangan sekali-kali kamu ragu-ragu
tentang ini. Jangan kamu dipalingkan oleh orang-orang yang tidak beriman
kepadanya, yang akan mencelakakan engkau kelak". (QS. Thaaha 20:11-16)
Kemudian Musa membuka sepatunya hatinya berdebar-debar,
tibatiba ia mendengar suara kembali: "Apakah itu yang ditangan kananmu,
hai Musa?"
Musa berkata: "Ini adalah tongkatku, aku telah
bertelekan kepadanya, dan aku pukul daun dengannya untuk kambingku, dan bagiku
ada lagi keperluan yang lain padanya".
Allah berfirman: "Lemparkanlah tongkat itu, hai
Musa!". Lalu tongkatnya dilemparkan, tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi
ular besar, yang merayap dengan cepat, memburu ke arah Musa. Musa lari
ketakutan.
Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Peganglah tongkat
itu kembali. Jangan takut hai Musa, sesungguhnya seorang yang telah diutus
menjadi Rasul tidak perlu takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya
semula menjadi tongkat.
Musa memegang ular itu, kemudian kembali menjadi tongkat.
Selanjutnya Allah berfirman kepada Musa: "Kepitlah tanganmu ke ketiakmu!
Niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang
lain pula". Lalu Musa mengapitkan tangannya, tampak kemudian tangannya
bercahaya putih kemilau. Kemudian Allah memerintahkan kepadanya "Pergilah
kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas"
Musa kemudian berdoa: "Ya Tuhanku! Lapangkanlah untukku
dadaku dan mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya
mereka mengerti perkataanku dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku! Harun saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia
sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak
mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat kami". Pergilah Nabi
Musa ke Mesir, dengan membawa mukjizat tongkat bisa menjadi ular dan tangan
menjadi putih kemilau.
Nabi Musa Menentang Firaun
Firaun mempunyai kekuasaan yang besar sekali di Mesir, dan
karena demikian besarnya kekuasaan, sehingga akhirnya Firaun makin lama makin
sombong, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Kemudian Allah memanggil Nabi Musa untuk mendatangi Firaun
dan kaumnya, memberi pelajaran kepada mereka, agar mereka menyembah Tuhan Allah
dan meninggalkan segala maksiat dan kejahatan dan tunduk kepada
perintah-perintah Allah. Dan meyakinkan mereka bahwa Allah selalu bersama
mereka berdua, tidak perlu takut menghadapi apapun.
Setelah Musa berada di mesir, ia menyampaikan perintah Allah
bersama Harun, saudaranya ddengan perkataan yang lemah lembut dan menyampaikan
kebenaran yang nyata kepada Firaun.
Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan
Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa
mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas
kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang
mengikuti petunjuk...Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu
ditimpakan atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling".
Nabi Musa kemudian menunjukkan mukjizat yang diberikan Allah
kepadanya dengan memasukkan tangannya ke ketiaknya, maka tampaklah cahaya putih
berkilau sempurna.
Terjadilah dialog antara Firaun dan Nabi Musa serta Harun
tentang masalah-masalah keTuhanan. Demi mendengar apa yang disampaikan mereka
berdua, bukan main marahnya Firaun kepada Musa. Firaun berkata bahwa Musa
adalah tukang sihir dan jika sihir itu dibanggakannya maka ia pun mempunyai
tukang-tukang sihir pula. Dan bahkan ia menyuruh Haman untuk membuat istana
yang tinggi agar ia dapat menemui Tuhan Musa. Ia ingin menyatakan kepada
kaumnya bahwa Musa hanya berbohong.
Lalu Firaun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya untuk
bertanding melawan Musa di suatu arena. Arena telah ditentukan berada pada
daerah pertengahan antara kerajaan Firaun dan Madyan. Sedangkan waktunya
ditentukan di hari raya pada pagi hari saat matahari naik sepenggalah.
Sebelum pertandingan itu dimulai Firaun telah membuat tipu
daya bagi keduanya. Dan menghasut bahwa Musa dan Harun akan mengusir mereka
dari Mesir. Ia membuat opini bahwa pertandingan tersebut merupakan pertaruhan
dua bangsa yang harus dimenangkan oleh bangsa Mesir. Apabila mereka kalah mamka
mereka akan dihinakan oleh Musa. Bermunculanlah jago-jago sihir dari seluruh
penjuru dikumpulkan untuk menghadapi Nabi Musa. Dan mereka telah menyiapkan
diri untuk mengalahkannya.
Tatkala saatnya tiba, jago-jago sihir Firaun melemparkan
tali, tongkat maka berubahlah tali dan tongkat itu menjadi ular yang menjalar.
Lalu Musa merasa takut, karena telah dikelilingi oleh ular-ular yang berbisa.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa:
Lemparkanlah tongkat yang di tangan kanamu, niscaya ia akan
(berubah menjadi ular besar yang) menelan segala perbuatan mereka itu,
sesungguhnya kerja mereka itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan
sekali-kali tidaklah akan menang tukang sihir itu walau bagaimanapun juga"
(QS Thaaha 20:69).
Tongkat itu kemudian berubah menjadi ular besar, ditelannya
semua ular-ular yang ada. Bukan main terkejutnya jago-jago sihir itu. baru kali
itu mereka melihat kejadian yang luar biasa semacam itu, sehingga kemudian
semua ahli sihir itu tunduk sujud kepada Musa.
Kemudian segala tukang sihir itu bersujud tunduk kepada Musa
seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa" (QS.
Thaaha 20:70)
Karena melihat tukang sihirnya telah beriman keapda nabi
Musa as, amat gusarlah Firaun dan dihukumlah mereka yang beriman kepadanya,
tangan dan kaki mereka dipotong berlawanan, kaki kiri dipotong dan tangan kanan
dipotongnya. Kemudian mereka disalib pada pangkal pohon kurma. Demikianlah
ujian bagi mereka yang beriman dan menentang Firaun.
Demikian pula ketika Firaun mengetahui bahwa isterinya
Asiyah telah beriman kepada Allah, maka Firaun bertambah-tambah marahnya,
sehingga isterinya disiksanya sampai mati, demikian juga orang-orang yang
beriman disiksa dengan siksaan yang amat berat.
Nabi Musa Membelah Lautan
Akhirnya nabi Musa bersama-sama orang yang beriman keluar
dari Mesir, setelah mereka tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka Firaun
mengejar mereka sampai ke pantai Laut Merah. Kemudian Allah mewahyukan kepada
nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut sehingga lautpun menjadi jalan
besar dan membelah dua untuk dilalui Musa dengan pengikut-pengikutnya.
nabi musa membelah lautan
Firaun mengejar kaum Musa ke tengah laut itu. Dan sewaktu
Firaun dengan balatentaranya mengejar dari belakang sampai dipertengahan laut,
air lautpun bersambung kembali menjadi satu, kemudian mereka mati tenggelam
semuanya.
Firaun dan balatentaranya mengejar mereka (Nabi Musa dan
orang-orang yang beriman sampai ke tengah laut), lalu mereka ditutup oleh laut
yang menenggelamkan mereka semuanya" (QS. Thaaha 20:78)
Tubuh Firaun ditemukan telah mati di pinggir pantai oleh
orang-orang Mesir. Lalu tubuhnya dimummi sehingga sampai saat ini orang dapat
melihatnya di musium Mesir.
Walaupun Firaun telah mati, namun rakyatnya yang telah
menerima ajran Firaun bertahun-tahun masih banyak, dan jiwanya sangat sulit
untuk diperbaiki dan diajak menjalankan ajaran yang dibawa oleh Musa as.
Karena itu Musa memohon kepada Allah supaya Harun dijadikan
pembantunya dalam menjalankan kerasulannya. Kemudian doa nabi Musa dikabulkan
Tuhan, ia berkata: "Wahai Tuhanku! Aku telah membunuh seorang dari
golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku, Harun,
ia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku
untuk membenarkan perkataanku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan
mendustakan aku". Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan
saudaramu, dan Kami berikan kepada kalian kekuasaan yang besar. Maka mereka
tidak akan bisa mencapai kalian berdua. Lantaran ayat-ayat Kami, kamu berdua
dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang akan menang".
Setelah kematian Firaun, tidak berarti dakwah Nabi Musa
telah selesai masih banyak yang harus dikerjakannya untuk membawa ummatnya
kepada jalan yang benar. Dan beliau sendiri selalu memohon petunjuk kepada
Allah untuk membimbing umatnya.
Nabi Musa dan Khidhr
Nabi Musa mengajak muridnya, Yusa bin Nun, untuk berlayar
bersamanya ke tengah lautan. Ketika ia berada di antara perbatasan dua laut, ia
minta kepadanya agar kembali lagi.
"Dan (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya:
"Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah
lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun" (QS. al-Kahfi
18:60).
Maka tatkalah meraka sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:
"Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena
perjalanan kita ini".
Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala ia mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang
ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
syetan dan ikan mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
Kemudian Nabi Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari". Lalu
keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Allah, yang telah diberikan kepada rahmatnya
dari sisi Allah, dan yang telah diajarkan kepadanya ilmu dari sisi Allah.
Dialah nabi Khidhr yang sedang ia cari untuk berguru kepadanya. Nabi Musa
bersedia mencarinya sampai kapanpun ia dapatkan.
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkan aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?".
Khidhr menjawab: "Sesungguhnya sekali-kali kamu tidak
akan sanggup sabar bersamaku". "Dan bagaimana kamu dapat sabar atas
sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu"
tambahnya.
Nabi Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku
sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan
pun".
Khidhr menjawab: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu".
Dengan kesepakatan itu, maka berjalanlah keduanya,
mengarungi lautan, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang
akibatnya dapat menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah
berbuat sesuatu kesalahan yang besar".
Khidhr menjawab: "Bukankah aku telah berkata:
"Sesungguhnya, sekali-kali kamu tidak akan sabar besama dengan aku. Musa
berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
Maka keduanya terus melanjutkan perjalanannya, hingga
tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa
berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar"?, Khidhr
menjawab: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku?".
Musa berkata: "Jika aku bertanya sesuatu sesudah kali
ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu
sudah cukup memberikan uzur padaku".
Maka keduanya meneruskan perjalanan, hingga tatkala keduanya
sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri
itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr
menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu
mengambil upah untuk itu". Khidhr menjawab: "Inilah perpisahan antara
aku dengan kamu, aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan
mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah
orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang
tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak
yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah orang yang shaleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri.
Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya".
Khidhr merupakan sosok tokoh yang tenang, ia tidak berbicara
dan gerak-geriknya penuh makna dan menimbulkan kebingungan Nabi Musa as. Itulah
perumpamaan ahli syariat dan ahli hikmat, yang sulit difahami dengan mata kasar
belaka.
Nabi Musa dan Bani Israil
Nabi Musa memohon kepada Allah untuk memberikannya petunjuk. Kemudian Allah memerintahkan
dirinya pergi menuju gunung Sinai selama 30 hari, yang kemudian disempurnakan
Allah menjadi 40 hari. Maka pergilah ia ke gunung Sinai dan menerima Taurat
dari sisi Tuhannya. Nabi Musa berpesan kepada saudaranya Harun: "Gantikanlah
aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah hal-ihwal mereka dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Ketika ia telah sampai di gunung itu maka Allah mewahyukan
kepadanya Taurat dan berbicara langsung dengan Allah. Lalu Musa berkata:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau". Maka Allah berfirman: "Kamu
sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) niscaya kamu dapat melihatKu" (QS.
al-Araf 7:143).
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada bukit itu,
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah
Musa sadar kembali dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada
Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
"Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku
memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa
risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang-teguhlah
kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur". Dan Allah telah memberikannya kepingan batu yang tertulis
isi Taurat, yang disebut Lauh, sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala
sesuatu. Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Berpeganglah kepadanya
dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan
sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang
fasik (QS. al-Araf 7:142-145).
Setelah kembali dari gunung Sinai, banyak umatnya yang
berpaling dari perintahnya, akibat ajakan seorang tukang sihir Samiri banyak di
antara umatnya yang menyembah patung sapi yang bisa berbicara karena sihirnya.
Sehingga marahlah beliau kepada nabi Harun dan menyuruh Samiri dan pengikutnya
membunuh dirinya sendiri karena lebih baik bagi mereka.
Umat Nabi Musa sangat keras kepala, kekufurannya telah
mendarah daging dan telah berpengaruh yang menghunjam pada jiwanya. Mereka
meminta kepada nabi Musa untuk membuat Tuhan seperti umat lainnya menyembah
berhala. Nabi Musa sangat marah kepada mereka dan menghardik mereka. Jika
mereka diseru untuk menyembah Tuhan mereka meminta agar Allah ditampakkannya,
sehingga mereka mati, binasa tersambar petir. Nabi Musa sendiri, ketika ia
diperintah melihat gunung itu tersungkur pingsan.
"Dan (Ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa!
kamai tidak akan beriman kepada engkau sebelum kami melihat Allah dengan jelas
dan terang (dengan kedua mata kami)", karena itu halilintarlah yang datang
menyambar kamu, sedang kamu melihatnya hingga mati semua". (QS. al-Baqarah
2: 55-56) senada dengan ayat ini QS. al-Araf 7:143.
Pada suatu ketika Bani Israil ditimpa kepanasan dan
kelaparan. Maka datanglah Bani Israil kepada Nabi Musa minta diberikan makanan,
berupa sayur-sayuran dan buah-buahan, kemudian Musa berdoa kepada Allah, lalu
Allah lindungi mereka dengan awan dari terik matahari dan memberikan Manna
(makanan manis sebangsa madu) dan Salwa (burung sebangsa puyuh) sebagai makanan
mereka.
"Kami lindungi kamu dengan awan dan Kami turunkan kepadamu
makanan bernama Manna dan Salwa" (QS al-Baqarah 2:57)
Pada saat Samiri dan pengikutnya lari meninggalkan Musa, dan
ketika mereka mencari air dalam perjalanan mereka, usaha mereka sia-sia dan
tidak mendapatkan air sama sekali. Akhirnya, mereka datang kepada Nabi Musa
mengadukan halnya, dan mereka meminta tolong kepada Musa supaya memintakan air
kepada Allah.
Dan (ingatlah) kepada Nabi Musa memintakan air bagi kaumnya,
maka Kami berkata: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu", lalu
memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah
mengetahui tempat minumnya masing-masing. Makan dan minumlah rizqi (yang
diberikan) Allah dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan membuat
kerusakan" (QS. al-Baqarah 2:60)
Mereka akhirnya meminum air itu, setelah nabi Musa
memukulkan tongkatnya ke batu itu, sehingga keluarlah dua belas mata air dan
masing-masing puak meminum airnya.
Meskipun banyak anugerah Allah yang diberikan kepada Bani
Israil, tetapi mereka tetap saja membuat nabi yang diutus kepada mereka geram.
Setelah mereka mendapatkan manna dan salwa, kemudian mereka mendapat dua belas
mata airnya, dengan mudah mereka berkata kepada nabi Musa: "Hai Musa, kami
tidak bisa tahan dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah
kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah
kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu
ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan
kemurkaan Allah. Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi
karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas".
Nabi Musa juga menyampaikan kepada mereka untuk beribadah
pada hari Sabtu, sebagai perjanjian mereka dengan Allah untuk beribadah dan memohon
kepadaNya agar selalu mengingatNya. Nabi Musa melarang mereka untuk bekerja
atau berlayar ke laut pada hari Sabtu untuk menghormatinya. Namun adapula
mereka yang tidak meperdulikan perintah Nabi Musa, malah mereka berlayar pada
hari Sabtu karena ikan pada hari itu sangat banyak sekali. Akhirnya Allah
menurunkan adzab kepada mereka.
"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang
melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka:
"Jadilah kalian kera yang hina" (QS. al-Baqarah 2:66)
Nabi Musa dan Qorun
Adapula kisah mengenai nabi Musa dan Qorun. Qorun adalah
saudara ayahnya. Ia adalah paman nabi Musa yang kaya raya. Namanya tersebut
dalam al-Quran QS. al-Qosos 76-78.
"Sesungguhnya Qorun termasuk dari kaum Musa"
Allah telah memberikannya harta yang banyak dimana
kunci-kunci simpanan kekayaannya membenani punggung-punggung unta. Disebutkan
ia mempunyai kunci yang dibawa oleh 60 keledai, setiap kunci terdapat simpanan
kekayaannya yang terbuat dari kulit. Kebencian musuh Allah ini tampak dari
kekikirannya ketika bala menimpa kaumnya.
Nabi Musa telah memerintahkan Bani Israil untuk berinfak di
jalan Allah. Ketika ia berkata kepada kaumnya: "Janganlah kamu terlalu
bangga, sesungguhnya Allah kepadamu kebahagiaan negeri akherat, dan janganlah
kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada
orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kalian, dan janganlah
kalian berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan"'
Qorun kemudian berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi
harta, karena ilmu yang ada padaku". Qorun tetap saja tidak mengindahkan
perintah Nabi Musa dan memusuhinya, sampai ia keluar kepada kaumnya dengan
bangganya dengan kuda mewahnya, dengan iring-iringan lengkap para pengawalnya
untuk memperlihatkan kekayaannya. Maka mereka yang tergoda dengan kemewahan itu
berkata: "Mudah-mudahan Allah memberikan kita seperti yang telah
diberikanNya kepada Qorun". Maka marahlah nabi Musa dan menyuruh mereka
bertaqwa kepada Allah, namun hanya sedikit orang sabar yang mendengarnya.
Allah kemudian menguji mereka dengan zakat, maka
diwajibkanlah kemudian kepada Bani Israil untuk mengeluarkan sebagian hartanya
untuk orang miskin. Nabi Musa memberitahukan kepada kaumnya bahwa setiap 1000
dinar dikeluarkan dengan satu dinar. Dan setiap 100 dirham 1 dirham. Dan setiap
1000 materi satu dizakatkan.
Maka berkatalah Qorun: "Hai kaum! Engkau selalu
mendengar perintahnya dan mematuhinya, saat ini ia memerintahkan kalian
mengambil harta-harta kalian".
Mereka berkata: "Engkau adalah bangsawan kami dan tuan
kami, maka perintahkanlah kami sekehendakmu!"
Maka ia memerintahkan untuk membawa seseorang wanita pencuri
maka kemudian ia menjadikan dirinya perkara palsu. Maka mereka memanggilnya dan
menyuruhnya untuk menuduh dirinya sendiri berzinah dengan Musa. Kemudian ia
mendatangi Musa.
Ia berkata: "Sesungguhnya kaummu telah berkumpul agar
memerintahkan mereka dan melarang mereka".
Maka keluarlah Musa kepada mereka dan berkata: "Wahai
Bani Israil, barangsiapa yang mencuri maka akan kami potong tangannya,
barangsiapa berzinah maka akan kami cambuk ia 80 kali, dan barangsiapa berzina
sementara ia tidak punya istri kami akan cambuk dia seratus kali, dan
barangsiapa yang berzinah sementara ia telah beristri kami akan cambuk ia
sampai mati".
Kemudian Qorun berkata: "Meskipun engkau yang
melakukannya?", ia menjawab: "Meskipun aku!"
"Sesungguhnya Bani Israil telah menuduhmu dengan
kekejian, engkau telah berbuat zinah dengan seorang perempuan". Ia
berkata: "Panggillah ia!, apabila ia berkata maka itulah saksinya".
Maka ketika ia datang pada Musa maka berkatalah ia
"Wahai perempuan!", ia menjawab: "Aku memenuhi
panggilanmu!"
Musa berkata: "Aku berzinah dengannmu seperti tuduhan
mereka?" Ia berkata: "Tidak mereka bohong!, akan tetapi membuat
perkara agar aku menuduhmu dengan diriku".
Maka meloncatlah nabi Musa dan bersujud. Maka diwahyukanlah
kepadanya: "Perintahkanlah bumi sekehendakmu!"
Kemudian ia berkata: "Ambillah mereka!", maka
terbenamlah kaki-kaki mereka. Kemudian ia berkata: "Wahai bumi ambillah
mereka!", maka terbenamlah mereka sampai ke leher. Mereka kemudian
berteriak minta tolong dan memohon kepada Nabi Musa. Ia berkata: "Wahai
bumi ambillah mereka!" Maka terbenamlah mereka semua ke dalam bumi.
Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa: "Wahai Musa!
Berkata hamba-hambaku padamu: "Wahai Musa! Wahai Musa!. Jangan kasihani
mereka. Kalau kepadaKu mereka meminta maka mereka akan mendapatiKu sangat dekat
dan menerima mereka.
"Maka kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya satu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab
Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela
(dirinya)" (QS. al-Qosos 28:81)
Kemudian nabi Musa pindah ke Ariha daerah yang berdekatan
dengan Baitul Maqdis. Ia memerintahkan kepada kaumnya untuk masuk ke dalam
Baitul Maqdis, ia berkata: "Hai kaumku! Ingatlah nikmat Allah atasmu
ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikanNya kamu orang-orang
mereka, dan diberikanNya kepadamu apa yang belum pernah diberikanNya kepada
seseorang di antara umat-umat yang lain...Hai kaumku!, masuklah ke tanah suci
Palestina yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari dari
perang karena takut kepada musuh, sehingga kamu menjadi orang-orang yang
merugi.
Mereka berkata: "Hai Musa sesungguhnya dalam negeri itu
ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan
memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar, pasti kami
akan memasukinya".
Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada
Allah, yakni Yusa bin Nun dan Kalib bin Yoqna, Allah telah memberi nikmat atas
keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui gerbang kota itu, maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".
Bani Israil berwatak keras kepala, keras seperti batu, sudah
jelas perintah Nabi Musa adalah perintah Allah, dan nabi telah mengingatkan
mereka untuk berperang, malah dengan enteng mereka berkata: "Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".
Demi mendengar pernyataan mereka, nabi Musa tak kuasa lagi
memerangi keingkaran mereka. Lalu berdoalah nabi Musa: "Ya Tuhanku, aku
tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah
antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". Kemudian Allah mewahyukan
kepada mereka:
"(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu
diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan
berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tieh) itu. Maka janganlah kamu
bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu. (QS. al-Maidah
5:26)
Benarlah firman Allah, karena keingkaran mereka, akhirnya
bangsa Israel menjadi bangsa yang terkatung-katung, terbuang di antara
bangsa-bangsa lainnya.
Sapi Betina
Zaman dahulu kala, tersebutlah di zaman Bani Israil seorang
anak yang sangat taat kepada ibunya. Ia tidak pernah menolak perintah, selalu
taat pada ibunya. Tak pernah terlontar dari mulutnya kata-kata kasar atau tidak
patuh kepadanya. Ia membagi malamnya dengan tiga, shalat sepertiga malam, tidur
sepertiga malamnya dan sepertiganya lagi, memanjakan kepala ibunya di pahanya.
Bila telah datang pagi maka ia mencari kayu bakar dan dijualnya di pasar. Bila
ia mendapatkan hasilnya, sepertiganya ia sedekahkan, sepertiganya ia pergunakan
untuk dirinya dan sepertiganya lagi ia berikan pada ibunya.
Pada suatu hari berkatalah ibunya: "Sesungguhnya ayamu
telah mewariskanmu sebuah sapi di kampung maka berangkatlah engkau ke tempat
itu dan berdoalah kepada Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub agar
mengembalikannya padamu, tanda-tanda sapi itu ialah engkau menyangka bahwa
sinar matahari telah keluar dari kulitnya", sapi itu disebut dengan
"sapi emas" karena kuningnya dan keindahannya. Maka dilihatnya sapi
itu sedang makan di kebun, maka berkatalah anak itu: "Aku memilihmu dengan
Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub". Maka datanglah sapi itu
kepadanya dan berdiri di hadapannya minta dibelainya.
Sapi yang digembalakannya sangat bagus karena warna
keemasannya, bila matahari terbit menyinari bumi, laksana emas dihamparkan di
atas kulitnya, membuat orang terpesona melihatnya. Namun sapi itu lari dari
orang yang melihatnya.
Syahdan, ibunya berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau
fakir tak berharta, bersusah payah engkau cari kayu bakar dan tak pernah pula
engkau tinggalkan ibadah di malam hari, maka berangkatlah engkau ke pasar dan
juallah sapi itu!", anak itu bertanya: "Berapa harganya!",
ibunya menjawab: "Tiga dinar dan janganlah engkau jual tanpa
persetujuanku" sapi itu hendak dijualnya di pasar atas uruhan ibunya
dengan harga 3 dinar. Sapi itu ditawar oleh seseorang dengan harga 6 dinar.
Anak itupun berkata padanya: "Ibuku menyuruhku menjual sapi ini seharga
tiga dinar, bila engkau menawarnya 6 dinar aku akan sampaikan dulu pada ibuku,
jika ia membolehkannya akan aku berikan kepadamu".
Bersegeralah ia menemui ibunya dan menceritakan maksudnya,
ibunya berkata: "Juallah dengan harga itu!". Anak itupun bergegas
pergi dan menyampaikan harga yang dimintanya. Orang itu menawarnya kembali
dengan harga 10 dinar. Anak itu tidak mengizinkan sebelum ibunya mengetahui hal
itu. Maka ia kembali pada ibunya dan memberitahukan perihal tersebut. Ibunya
kembali mengizinkan untuk menjualnya dengan harga 10 dinar, "Ambillah sapi
itu dengan harga sepuluh dinar dan jangan kau lebihkan lagi!"
Ia pun mendatangi laki-laki tadi dan memberinya harga 10
dinar. Orang itu kembali menawar dengan 13 dinar. Kembali ia menolaknya karena
ibunya hanya mengizinkan 10 dinar untuk harga sapi itu. Akhirnya ibunya
berkata: "Sesungguhnya orang yang bertanya kepadammu itu adalah seorang
nabi, datang kepadamu untuk mengujimu. Maka apabila ia datang kepadamu katakan
kepadanya: "Apakah engkau akan membelinya atau tidak?".
Maka datanglah ia kepada orang tersebut, dikatakan apa yang
diperintahkan ibunya, maka berkatalah orang itu: "Jangan kau jual sapi
ini, sesungguhnya aku Musa bin Imran membelinya darimu untuk seorang Bani
Israil yang terbunuh, dan jangan engkau jual kecuali dengan dinar yang
dimilikinya, maka peganglah". Akhirnya diterimalah pemberian Musa itu.
Nabi Musa membeli sapi itu dikarenakan Allah telah
mewahyukan kepadanya untuk membeli sapi betina itu, untuk menyelesaikan masalah
pembunuhan di kalangan Bani Israil. Syahdan, terdapat seorang laki-laki kaya
Bani Israil, ia tidak mempunyai anak, hanya mempunyai keponakan, dan tidak ada
orang lain yang akan mewarisi hartanya kecuali dirinya. Sudah sejak lama anak
itu menunggu kematian pamannya tersebut agar ia dapat mewarisi harta
kekayaannya. Semakin ia fikirkan semakin lama pula pamannya meninggal dunia,
sehingga syetan menggoda dirinya untuk membunuh pamannya. Maka dibunuhlah
pamannya, agar ia mendapatkan warisannya. Anak itu kemudian memindahkan
jenazahnya ke desa lainnya. Lalu dengan lihainya anak itu menuntut kepada Bani
Israil agar menemukan pembunuh pamannya itu.
Sampai akhirnya persoalan itu menjadi besar dan nabi Musa as
dituduh sebagai pembunuhnya.
Akhirnya nabi Musa dihadapkan pada persoalan pelik yang
menyangkut tuduhan bangsa Mesir atas terbunuhnya seseorang. Dan nabi Musa
dituduh sebagai pembunuhnya. Persoalan itupun menjadi opini umum, sehingga Nabi
Musa dirundung duka dan mengadukan masalah itu kepada Allah, Tuhannya yang
selalu memberikan petunjuk kepadanya.
Maka Allah memberi wahyu kepadanya agar ia menyuruh penduduk
itu membuktikan kesuciannya dengan seekor sapi yang harus disembelihnya untuk
mengetahui siapa pelaku sebenarnya yang telah membunuh orang itu.
Nabi Musa telah memerintahkan penduduk untuk mencari seekor
sapi untuk membuktikan perbuatan itu. Tetapi Bani Israil selalu ingkar pada
petunjuk nabinya merekapun engkan melakukannya. Sampai nabi Musa marah, mereka
kemudian bertanya: "Sapi yang engkau perintahkan untuk disembelih itu
seperti apa". Setelah mendapat wahyu nabi pun menjawab: "Sapi itu
masih perawan". Lama pula perintah itu disampaikan kepada mereka, tetap
saja bertanya kembali: "Apakah ada tanda-tanda dari sapi itu".
Setelah wahyu turun Nabi menjawab: "Sesungguhnya sapi itu berwarna
keemasan". Dicarilah sapi itu, namun mereka tidak mampu menemukannya.
Mereka mencari alasan bahwa permintaan itu sulit dikabulkan.
Akhirnya Nabi Musa memperoleh sapi betina itu, sapi yang
berwarna keemasan dari anak itu. Dan memerintahkan Bani Israil menyembelihnya.
Kembali mereka tidak mematuhi perintah Rasulnya. Akhirnya Nabi Musa pula yang
menyembelihnya. Dan dipukulkanlah sapi itu kepada tubuh korban. Dengan izin
Allah orang itu bangun dan menyatakan siapa pembunuhnya: "Orang yang
membunuh saya adalah fulan bin fulan". Dengan peristiwa itu maka
terjagalah kehormatan nabi Musa dan orang yang membunuh korban itu dijebloskan
ke dalam penjara.
Nabi Musa Wafat
Begitulah riwayat hidup Nabi Musa yang mengajak umatnya ke
jalan yang benar. Meskipun permintaan mereka telah banyak dikabulkan Allah
namun bangsa Israel yang keras kepala selalu menentangnya. Dan hancurlah
musuh-musuhnya, hancurlah Firaun, Haman, Qorun, dan kaum Kanaan. Nabi Musa
meninggal dunia dalam usia 120 tahun di padang Tieh.
Nabi Musa dan kaumnya patut dijadikan ibarat agar kaum muslimin
dapat mengambil hikmah yang besar. Bahkan Allah begitu banyak menempatkan
cerita Bani Israil dan nabi-nabinya dalam al-Quran. Ini menjadi hikmah bagi
kita agar meneladani perjuangan para nabi dan rasul dan menjaga diri dari adzab
yang telah menimpa mereka.